"kalau sudah besar kamu mau jadi apa?"
Pertanyaan itu sering kali saya dengar pada waktu kecil. Aada kalanya dengan mudah sya menjawabnya. Tetapi ada kalanya juga susah, sebab cita-cita saya banyak sehingga saya sendiri bingung. Pada usia remaja saya pernah bercita-cita menjadi vulkanolog yaitu ahli gunung berapi; untung saja tidak terkabul, sebab jangankan naik ke gunung berapi, naik pohon jambupun saya tidak becus. Pada waktu yang bersamaan saya juga bercita-cita menjadi nahkoda kapal laut, padahal waktu itu melihat lautpun syaa belum pernah.
Cita-cita ini timbul dari minat. Tiap orang, dari balita hingga lansia, perlu mempunyai minat. Minat adalah sesuatu yang dengannya kita mengidentifikasi diri. Minat menambah kegembiraan pada tiap kegiatan yang kita lakukan. Ibarat bumbu yang membuat makanan sedap, begitulah minat membuat seluruh kegiatan menjadi menarik. Minat merupakan sumber motivasi kita berbuat sesuatu, misalnya belajar dan berupaya untuk memperoleh kegembiraan dari apa yang kita minati. Pada semua tahap usia minat memainkan peranan penting dalam kehidupan dan berdampak atas perilaku dan sikap.
Sejumlah macam minat biasanya tumbuh mulai usia balita, antara lain minat pada sekolah dan pekerjaan, minat ini mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Sebagai hasilnya, muncullah cita-cita pada anak tentang "jadi apa kalau aku sudah besar nanti."
Minat berbeda dari kesenangan, sebab kesenangan muncul secara mendadak dan bersifat sementara, padahal minta tumbuh dalam proses dan bersifat peristen atau tetap. Minat juga berbeda dari obsesi yaitu gangguan pikiran yang selalu merasuk atau mempengaruhi jiwa.
Anak yang terhambat pertumbuhan minat pada sekolah dan pekerjaan akan terhambat pula pertumbuhan cata-citanya. Ia seakan-akan tidak punya cita-cita. Ia menjadi "euweuh kahayang" alias tidak bekehendak atau tidak berkemauan. Ia lamban, pasif statis, enggan berprakarsa dan enggan pada perubahan. Walaupun ia cedas, namun di sekolah ia enggan berprestasi. Ia senang mengulur waktu dan menganggur. Setelah tamat sekolah ia cenderung menunda-nunda dalam mencari pekerjaan. Ketika bekerja pun ia berprestasi rendah.
Ada beberapa faktor yang turut membentuk minat dan cita-cita anak. Orang tua yang demokratis dan menghargai prakarsa anak menyuburkan pertumbuhan minat ketimbang orang tua yang otoriter dan terlalu mengatur. Orang tua yang suka baca buku lebih menimbulkan minat belajar yang ketimbang orang tua yang hobinya cuma nonton televisi. Juga bacaan dari sumber informasi lain membentuk minat. Cerita tentang tokoh-tokoh menimbulkan rasa kagum dan keinginan menjadi tokoh itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar